logo aninch

Kata-kata itu layaknya ombak, gemuruh yang ia ceritakan asalnya dari lautan yang dalam.

Catatan Awal Tahun Si Bungsu



Seorang sufi pernah berkata, "Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi sepi, karena sesuatu yg tumbuh dari benda yang belum ditanam tidak sempurna hasilnya".

Ya, karena memang dari apa-apa yg hanya ditanamlah yg akan berbuah, atau paling tidak berbunga dgn segala keindahannya, atau juga hanya berdaun dgn segala kerindangannya.
Seperti halnya cinta, kasih sayang, kebijaksanaan, kesabaran, semangat yg kita miliki. Jangan-jangan mereka menunggu untuk ditanam, karena selama ini diperlakukan seperti sesuatu yg hanya dicari, ditemukan, dan dihilangkan lalu dicari kembali.

Dari kisah tiga bersaudara, yg bungsu sangat mengharapkan *kesabaran dari kakak-kakaknya dalam menempuh kisahnya masing-masing.

Si bungsu percaya masing-masing dari mereka bertiga sedang bertumbuh, dan sesuatu yg bertumbuh selalu menghadapi "percabangan" pula, namun selalu ada pucuk tertinggi menandakan "keberadaan" saat ini.

Si bungsu juga mengerti, masing-masing dari mereka bertiga tumbuh dari tempat yg sama, yg mungkin kurang kondusif. Tapi ia yakin akar tidak pernah bisa menentukan arah sebuah pucuk.

Apapun atau dimanapun akar kita dimasa lalu, pucuk tanaman yang bijak selalu mengarah pada cahaya mentari.
Ya, mentari itu harapan.
Kasih Sayang Allah menciptakan pagi dengan harapan, dan menciptakan malam gelap bukan dengan cara memadamkan harapan, tapi Ia sedang membagikan harapan itu pada bagian bumi yg lain.

Seperti sebuah pucuk yg kadang dibelenggu gelapnya malam, maka ia bersabar. Ya, persis, sama seperti harapan si bungsu pada kedua kakaknya. Semoga Rahmat Allah senantiasa tercurahkan pada kita. Aamiin.

Dengan segala kasih sayang,
"Si Bungsu untuk kedua kakaknya"